Minggu, 09 Maret 2014

20 Februari 1965 - Reaktor Atom yang Pertama

Reaktor penelitian atom yang pertama di Indonesia diresmikan di Bandung pada tanggal 20 Februari 1965.
 
Reaktor jenis Triga Mark II yang dikelola oleh ITB ini mulai bekerja dalam taraf percobaan sejak bulan Oktober 1964. Instalasi ini digunakan untuk penelitian, dan latihan fisika reaktor dan fisika inti serta memproduksi isotop-isotop radioaktif untuk penelitian dan penggunaan di bidang pertanian dan kedokteran.
 
Pembangunan reaktor ini merupakan tahap yang penting dalam rangkaian kegiatan pengembangan proyek-proyek penelitian atom di Indonesia. Proyek tenaga atom yang pertama di Indonesia terdapat di Universitas Gadjah Mada yang membangun fasilitas-fasilitas pertanian: subcritical assembly, laboratorium isotop, reactor simulator dan gamma irradiator yang telah diresmikan penggunaannya sejak bulan Oktober 1962. Di Pasar Jumat Jakarta dibangun pula sebuah laboratorium isotop radioaktif dalam berbagai bidang.
 
Sementara itu di Serpong, Tanggerang mulai dibangun Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 dari Rusia. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 16 Januari 1965 (Proyek ini kemudian tidak dilanjutkan).

14 Januari 1965 - PKI Menuntut agar Kaum Buruh dan Tani Dipersenjatai

Di dalam keterangannya kepada para wartawan pada tanggal 14 Januari 1965, Ketua CC PKI D.N. Aidit mengatakan bahwa partainya menuntut kepada Pemerintah agar kaum buruh dan tani dipersenjatai. Tuntutan PKI itu ditampung oleh Front Nasional dan diubah bentuknya sehingga seakan-akan tuntutan itu datangnya dari semua kekuatan politik yang ada pada waktu itu, melalui suatu pernyataan yang disebut "Kebulatan Tekad" dan "Instruksi Bersama antara Pengurus Besar Front Nasional dengan Pimpinan Partai-partai Politik, Pengurus Organisasi Massa dan Golongan Karya" pada tanggal 17 Januari 1965.
 
Kebulatan tekad tersebut berbunyi antara lain:
"Menyerukan dan mendesak Pemerintah dan alat-alatnya yang berwenang untuk segera melatih dan mempersenjatai sokoguru-sokoguru revolusi, sebagai jaminan utama guna mencegah dan mengalahkan tiap bentuk agresi Inggris dan agresi nekolim pada umumnya".
 
Sebagai kelanjutan tuntutan itu kemudian dilancarkan usaha-usaha membentuk satuan-satuan yang disebut "Angkatan ke-5" di samping keempat Angkatan Bersenjata. Untuk mempersenjatai Angkatan ke-5 ini PKI merencanakan penggunaan senjata sebanyak 100.000 pucuk yang dijanjikan akan diberikan secara cuma-cuma oleh Perdana Menteri RRC Chou En Lai.

7 Januari 1965 - Indonesia Keluar dari PBB

Di dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 1965 Presiden Soekarno "mengomandokan" Indonesia keluar dari PBB. Keluarnya Indonesia dari PBB ini adalah sebagai reaksi atas terpilihnya Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan.
 
Indonesia sebelumnya telah berusaha mencegah masuknya Malaysia ke dalam Dewan Keamanan. Gagalnya usaha tersebut merupakan suatu pukulan terhadap politik konfrontasi Indonesia.
 
Politik konfrontasi terhadap Malaysia dan keluarnya Indonesia dari PBB telah mengisolasi Indonesia dari pergaulan masyarakat internasional. Sebagai akibatnya, peristiwa itu lebih mendekatkan Indonesia dengan Peking, yang selama bertahun-tahun tidak berhasil masuk PBB. Di dalam politik luar negeri, terjalin kerja sama yang menuju ke arah terjadinya apa yang dinamakan poros Jakarta - Peking sebagai poros utama perjuangan "The New Emerging Forces (Nefo)" melawan "The Old Established Forces (Oldefo)" dan "Neokolonialisme/Imperialisme (Nekolim)".